“Tiid
tiid tiid” suara itu membuyarkan lamunanku. Suara yang selalu aku
dengar setiap pagi di depan rumahku sejak aku mulai masuk SMP. Ya, itu
suara motor kepunyaan Ditmar sahabatku. Dia tak pernah lelah ataupun bosan menjemputku pergi ke sekolah.
“Nes,
kamu udah siap menghadapi hari ini? Aku yakin hari ini adalah hari
dimana kita bertemu dengan misteri yang baru.” ucapnya dengan wajah yang
dingin.
“Hah
?! maksudnya ?” jawabku penuh penasaran. Tapi seperti biasa dia hanya
menjawab “Kau juga akan mengerti dengan sendirinya”. Dari dulu dia tidak
pernah berubah. Selalu mengatakan hal yang penuh teka-teki yang kadang
tidak dapat aku mengerti.
~~~
“Nes,ntar kamu pulang sendiri aja ya ! aku ada urusan dulu” ucap Ditmar sebelum masuk ke kelasnya.
”Iya,
aku ngerti” jawabku penuh kecewa. Dan aku tetap berjalan menuju
kelasku, tapi tiba-tiba langkahku terhenti. Ya aku melihatnya, aku
melihat sosok pria yang memakai celana jeans, kaos putih, dan jaket
hitam yang melekat pada badannya yang tinggi dan kekar. Kulitnya yang
hitam manis dan matanya yang bersinar membuatku begitu yakin bahwa dia
adalah Pangeran Pelangiku yang selau hadir dalam setiap mimpiku. Tapi
ketika aku mencoba mengejar dan menghampirinya, aku kehilangan jejaknya.
Aku pun kembali melangkahkan kakiku dengan penuh penasaran. Di awal
hari kuliahku ini aku tidak terlalu konsentrasi karena fikiranku selalu
bertanya “Apa tadi itu nyata atau hanya halusinasiku? Apa mungkin dia
benar-benar muncul untuk memberi inspirasi dan mewarnai hari-hariku?? ”.
akh pertanyaan-pertanyaan itu membuatku begitu bingung dan penasaran.
Hari sudah mulai gelap, angin berbondong-bondong menyerang pori-pori kulitku yang tak begitu cerah, tetesan-tetesan
hujan pun mengiringi lirik-lirik detak jantungku yang tak hentinya
bedegup kencang. Entah apa yang sedang aku rasakan dan pikirkan. Ini
kali pertama aku merasakan rasa yang begitu menyiksa pikiranku untuk
terus berpikir. “Apa mungkin cerita yang ada dalam mimpiku dengan
tiba-tiba muncul dan menjadi nyata di kehidupanku?” Bisik hatiku. Detik
demi detik berlalu, mata pun telah mulai lelah dan aku mencoba
menenangkan pikiranku agar aku bisa tidur.
Pagi
ini aku putuskan untuk menceritakan semuanya pada Ditmar. Tapi setelah
aku menceritakan semuanya, Ditmar hanya membalas ocehanku dengan senyum
kecil yang tidak biasa dia lakukan. Sikapnya itu malah membuatku semakin
ingin terus bertanya padanya. “Dit, kok malah senyum aja? Aku bingung
nih. Kamu kenapa sih dari tadi cuma senyum-senyum kecil gitu? Aku perlu
masukan dan tanggapanmu. Dit..Ditmaarrr!!!” Ditmar masih bungkam. Ini
membuatku begitu marah dan akhirnya aku putuskan untuk meninggalkan
Ditmar.
Jam
pelajaran telah selesai, aku bergegas pergi ke taman untuk istirahat
sejenak. Aku coba sms Ditmar untuk menemaniku di taman. Tak lama
kemudian Ditmar datang dan berkata “Apa jika aku tidak ada di sampingmu,
kau akan tetap bertahan dan tidak bersikap manja seperti ini? Apa kau
akan memanggilku jika kau membutuhkanku? Apa kau akan merindukanku
ketika aku tak menemani hari-harimu? Apa aku berharga bagi hidupmu?”.
Aku kaget dengan kata yang dia ucapkan.” Apa maksudmu ?” jawabku.
“Tidak, lupakan saja” ujarnya. Ketika aku dan Ditmar sedang bersenda
gurau tiba-tiba sosok pria yang ku temui kemarin, datang menghampiriku
dan menyapaku. “Hi, apa kita pernah bertemu sebelumnya?”. Aku gugup, aku
tak sanggup mengatakan apapun dari lisanku. Dan aku coba melirik ke
sampingku, untuk memberi isyarat pada Ditmar bahwa yang aku ceritakan
kemarin itu benar tapi aku tersentak karena Ditmar sudah tidak ada
disampingku.
“Hi, hallo ? siapa namamu? Aku Rico dari Fakultas Hukum” ujarnya. “hhahh?? Aku Nesy dari Fakultas Psikologi” jawabku gugup. “Oh My God,
apa ini mimpi ? pria yang ada di hadapanku ini benar-benar mirip dengan
Pangeran Pelangi yang selalu ada di mimpiku” bisik hatiku. Akhirnya
kami berbincang dan mulai sharing tentang apa yang sedang gempar
dibicarakan. Apalagi topik yang sedang hangat dibicarakan. Dan aku coba
bertanya tentang kesehariannya. Setelah semua yang telah dia jawab,
hatiku mulai berdegub kencang, tanganku dingin dan wajahku mendadak
terus berseri dan terus tersenyum. Sungguh ini perasaan yang begitu
menakjubkan. Aku merasa bahwa Rico itu adalah benar-benar Pangeran
Pelangiku. “Baru saja satu hari bertemu rasanya sudah 10 tahun aku
mengenalnya. Aku jadi tidak sabar ingin menceritakan ini pada Ditmar”
gumamku. Karena aku benar-benar tidak sabar, sebelum aku tidur aku
menceritakan semuanya pada Ditmar lewat sms:
“Malem Dit.. Dit skrg kamu prcya kan klo semua yang aku certain itu bener..
Diet.. aku seneng bgt bisa ktmu org yg selama ini aku impikan..
kamu jg tau kan, klo aku bner2 mengagumi Pangeran Pelangi yang ada di mimpiku..mmm tau gak, aku rasa aku cocok ma dia..karena semua sifatnya itu mirip dengan Pengeran pelangiku hhihi J klo mnrt kamu gmna?? eh iya, td kamu kmna sih ?? aku kan jadi grogi stngah mati Lklo ngadepin org yg gak aku kenal tanpa kamu. Tp gpp deh yg pnting aku bisa ngbrol ma dia.. Dit.. kamu udah bobo blm? Klo blm wajib bls sms aku ya!”
Diet.. aku seneng bgt bisa ktmu org yg selama ini aku impikan..
kamu jg tau kan, klo aku bner2 mengagumi Pangeran Pelangi yang ada di mimpiku..mmm tau gak, aku rasa aku cocok ma dia..karena semua sifatnya itu mirip dengan Pengeran pelangiku hhihi J klo mnrt kamu gmna?? eh iya, td kamu kmna sih ?? aku kan jadi grogi stngah mati Lklo ngadepin org yg gak aku kenal tanpa kamu. Tp gpp deh yg pnting aku bisa ngbrol ma dia.. Dit.. kamu udah bobo blm? Klo blm wajib bls sms aku ya!”
Detak
jam terdengar menggaung di tengah kehenigan malam. Tapi mataku masih
belum bisa terpejam. Aku masih memikirkan Pangeran Pelangiku yang baru
aku temui di kehidupan nyata. Dan Khayalku kian meninggi. Tiba-tiba
ponselku berdering dan tertulis 1 Message from My Dhietmart, dan segera aku buka. Ditmar hanya membalas
“AKU BAHAGIA JIKA KAU BAHAGIA, NESY PUTRI SHABILLA , SAHABATKU TERMANJA DI DUNIA:’)”.
“hhah anak itu kembali mengeluarkan kata-kata yang seperti itu” bisikku dengan nada kecewa.
~~~
Dua
minggu sudah aku lalui hari-hariku bersama Rico. Dimulai dari mencari
bahan untuk tugas, makan siang, refreshing, sampai pulang pergi kuliah
pun bersama. Aku merasa bahagia bisa terus bersamanya. Karena semua
sifat yang ada di Pangeran Pelangiku sama persis dengan Rico. Tapi,
kebahagianku tidak sempurna karena aku merasa kehilangan sosok Ditmar.
Entah mengapa setelah aku mengenal Rico, Ditmar tiba-tiba menghilang
dari kehidupanku. Aku coba untuk menghubunginya, tapi tidak ada balasan
sedikitpun. Ini pertama kali aku merasakan kehilangan seseorang yang
selama bertahun-tahun hidup denganku. Dada ini sesak ketika aku ingat
semua yang telah dia berikan. Sungguh, aku sangat merindukannya.
“Good bye my almost lover, good bye my hopeless dream”
tiba-tiba suara nada dering ponselku bunyi dan aku segera meraih
ponselku. Oh Ditmar meneleponku, “hallo, Ditmar” ucapku dengan nada
bahagia. “Hallo Nes, aku baik-baik saja. Sekarang aku akan tenang
menjalani hari-hariku yang penuh dengan sesak dan penantian karena aku
tahu disana kau telah ditemani oleh Pangeran Pelangimu. Aku akan bahagia
dan terus bahagia jika kau merasa bahagia. Bagiku kau adalah
penyemangatku. Terima kasih ya Nes. Aku tidak akan melupakanmu
selamanya. Selamanya”. Tanpa aku menjawab apa-apa Ditmar segera
mematikan ponselnya. Aku merasa tersentak, “ada apa ini? apa maksud dari
perkataannya?”. Setelah itu aku coba meneleponnya, tapi ponselnya
kembali tidak aktif. Tidak terasa air mataku mulai menganak sungai,
rasanya aku takut jika harus kehilangan sahabatku. Tangisku terhenti
karena tiba-tiba suara nada dering ponselku kembali berbunyi, aku segera
mengangkatnya, “Hallo Ditmar” ucapku. “Hallo Nes, ini aku Rico. Nes,
besok malam bisakah kau menemaniku makan malam? Ada hal yang harus ku
katakan padamu” balasnya. Dan aku pun menjawab iya.
“Seharusnya
kamu senang Nesy karena Pangeran Pelangimu mengajak makan malam
bersamamu dan dia akan mengatakan sesuatu padamu. Ini adalah saatnya
mimpimu menjadi nyata” gumamku dalam hati. Tapi hal itu tidak membuatku
menjadi bangkit. Aku tetap memikirkan perkataan Ditmar. Tapi pada
akhirnya, aku pun melewati malam ini dengan canda tawa. Ya aku heran
karena Rico mengajakku ke tempat yang sering aku singgahi bersama
Ditmar,lalu dia memesan makanan favoritku dan yang paling membuatku
heran dia memberiku sebuah kotak kecil yang berisi kalung dengan liontin
pelangi. Sungguh aku merasa begitu bahagia. “Oh iya, bukankah kamu
ingin mengatakan sesuatu padaku? Apa itu?” ucapku pada Rico. Dan Rico
menjawabnya dengan nada ragu “mmmm sebenarnya, aku.. a..ku.. mmm aku..”.
“Ya sudah kalau kamu belum siap mengatakannya, lain kali saja”
potongku.
~~~
Ini
adalah hari ke duapuluh satu, Ditmar tidak ada. Aku meminta Rico
menemaniku untuk mencari Ditmar. Kami coba mencari ke rumahnya, tapi
dirumahnya kosong. Lalu kami coba mencarinya ke panti asuhan, karena
Ditmar sangat menyukai anak-anak. Setelah kami menelusuri semua panti
asuhan, hasilnya nol. Hari sudah senja, kami putuskan untuk istirahat
sejenak di taman. Anganku mulai melayang pada saat-saat dimana aku dan
Ditmar menghabiskan waktu bersama. Canda tawa, jerit tangis kita
bersama. Tak terasa air mataku menetes. “Rico, aku rasa aku sudah tidak
sanggup lagi. Aku bingung harus mencari Ditmar kemana lagi. Aku merasa
hampa tanpanya” kataku sembari menangis. “Nesy..” Rico menjawab
kata-kataku dan menyuruhku untuk menyandarkan kepalaku pada pundaknya.
“Nesy, mungkin ini saatnya aku berterus terang padamu. Sebenarnya aku
adalah sepupu Ditmar”. “Apa? Berarti kau tahu dimana Ditmar berada?
Katakan padaku, dimana Ditmar berada !?” emosiku mulai meledak-ledak
tanpa arah. “Dengarkan aku dulu Nesy! Biarkan aku menceritakan semuanya.
Ya waktu liburan dia menemuiku di rumah, dan dia memintaku untuk
menemani sahabatnya yang sangat dia cintai. Awalnya aku menolak karena
aku tidak pandai berimprovisasi. Tapi dia terus memohon, dia berkata
bahwa umurnya tidak akan lama lagi dan dia ingin mewujudkan mimpi
sahabatnya untuk bertemu dengan Pangeran Pelanginya. Aku kaget dengan
semua pernyataannya itu, dan akhirnya aku menyetujui itu. Apa kau tahu?
Ketika aku muncul dihadapanmu, itu semua adalah skenario yang dia buat.
Dan hari-hari yang telah kita lewati, yaa itu adalah jadwal yang dia
tulis untukku. Dia sangat menyayangimu Nesy! Dan maaf.. ketika kita
makan malam sebenarnya aku ingin mengatakan semuanya. Dia yang
memberitahuku dimana aku harus mengajakmu makan malam, apa makanan
favoritmu, dan kalung itu, itu adalah pemberian Ditmar”. Hatiku sakit,
aku tak sanggup mendengar apa-apa lagi. Di hari yang secerah ini,
rasanya begitu dingin dengan sentakan-sentakan petir dan teriris-iris
hujan. Aku merasakn sakit yang begitu kuat. “Nesy, maafkan aku. Aku
sudah membohongimu. Oh iya, dia membuat surat untukmu. Tapi dia
memintaku untuk memberikan surat itu setelah aku membicarakan semuanya
dan setelah kau tenang” ucap Rico sambil menenangkanku. “ Aku ingin
surat itu sekarang, aku ingin surat itu sekarang Rico !!” sentakku.
Akhirnya Rico membawaku ke suatu tempat. aku tersentak karena didalam
ruangan itu terdapat banyak sekali lukisan dan foto yang mirip denganku.
“Apa itu aku?” tanyaku pada Rico. “Ya, ini adalah ruangan dimana Ditmar
menghabiskan sisa waktunya. Dan ruangan yang sebelahnya adalah ruangan
yang dipenuhi dengan puisi-puisi tentangmu yang ditulis oleh Ditmar.
Nesy, ini surat yang dia tulis untukmu. ”jawab Rico sambil menyodorkan
kertas yang berwarna pelangi. Aku mengambilnya dan aku tak ingin
membacanya sekarang. “Rico, aku ingin pulang” ajakku pada Rico. Lalu
Rico mengantarkanku pulang ke rumah.
Keesokan
harinya aku membaca surat itu,aku menangis lagi. Lagi lagi aku
merasakan sakit yang tak bisa ku kendalikan. Bagai laut yang mengamuk
dan meluluhlantakkan seluruh isi bumi. Hatiku bagai terombang-ambing dan
ditelan topan yang entah kapan akan berhenti. Isi suratnya adalah:
Dear Nesy Putri Shabilla,
Senandung
pagi melambaikan melodi jiwa yang mewakili kata-kata dunia, semerbak
kasturi menyejukkan hati yang merona menatap matahari berseri. Kau
laksana embun pada bunga mawar yang belum mekar dan kau hilang ketika
sang surya datang. Tapi keindahanmu tergantikan oleh bunga mawar yang
mekar. Dalam senjaku kau laksana mega yang memberi keindahan dan dalam
malamku kau laksana bulan dan bintang yang bersinar memberi warna dalam
mimpiku.
Bagiku
kau seperti batu giok yang indah tapi kau begitu berharga sehingga aku
tak mungkin menyentuh hatimu dengan perasaanku yang konyol. Ketika kau
menangis aku hanya bisa menghapus air matamu dengan hatiku yang
tersiksa. Ketika kau tersenyum hatiku pun akan tersenyum. Ketika kau
mengidamkaan seseorang, aku takut kau kan meninggalkanku. Tapi itu
adalah keegoisanku saja, aku bahagia jika kau bahagia dan jika kau
menangis itulah kesakitanku.
Kau
adalah penyemangatku dalam sisa waktuku, terima kasih karena kau selalu
ada untukku. Aku akan selalu merindukan manja dan senyummu.Tetaplah
tersenyum walaupun aku tak bisa mendampingimu, karena aku telah
mengirimkan Pangeran untukmu. Pangeran yang selalu kau impikan. Jangan
pernah kau teteskan air matamu karena kau merindukanku karena aku akan
merasa begitu tersiksa dan bersalah jika kau begitu. Tetaplah tersenyum
untukku.
Untuk yang terakhir izinkanlah aku mengatakan kata yang belum sempat aku ucapkan. Aku begitu menyayangimu gadis manjaku. Aku begitu menyayangimu, sungguh. Semoga kau selalu ada dalam lindungan-Nya.