Pages

Sabtu, 03 Maret 2012

Pelangi disenja hari

Sang raja siang mulai beranjak dari peraduannya dan dengan sahajanya memberikan kehangatan bagi jiwa-jiwa makhluk seisi jagad raya. Hari ini langit tampak ceria dengan iringan nyanyian burung-burung yang beterbangan mencari kasih sayang. Begitu juga hatiku, karena hari ini aku mulai kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Bandung. Aku tak percaya bahwa aku sudah sekolah sampai jenjang kuliah, rasanya aku baru saja masuk SMP dengan sifat manja dan kekanak-kanakanku.
“Tiid tiid tiid” suara itu membuyarkan lamunanku. Suara yang selalu aku dengar setiap pagi di depan rumahku sejak aku mulai masuk SMP. Ya, itu suara motor kepunyaan Ditmar sahabatku.  Dia tak pernah lelah ataupun bosan menjemputku pergi ke sekolah.
“Nes, kamu udah siap menghadapi hari ini? Aku yakin hari ini adalah hari dimana kita bertemu dengan misteri yang baru.” ucapnya dengan wajah yang dingin.
“Hah ?! maksudnya ?” jawabku penuh penasaran. Tapi seperti biasa dia hanya menjawab “Kau juga akan mengerti dengan sendirinya”. Dari dulu dia tidak pernah berubah. Selalu mengatakan hal yang penuh teka-teki yang kadang tidak dapat aku mengerti.
~~~
“Nes,ntar kamu pulang sendiri aja ya ! aku ada urusan dulu” ucap Ditmar sebelum masuk ke kelasnya.
”Iya, aku ngerti” jawabku penuh kecewa. Dan aku tetap berjalan menuju kelasku, tapi tiba-tiba langkahku terhenti. Ya aku melihatnya, aku melihat sosok pria yang memakai celana jeans, kaos putih, dan jaket hitam yang melekat pada badannya yang tinggi dan kekar. Kulitnya yang hitam manis dan matanya yang bersinar membuatku begitu yakin bahwa dia adalah Pangeran Pelangiku yang selau hadir dalam setiap mimpiku. Tapi ketika aku mencoba mengejar dan menghampirinya, aku kehilangan jejaknya. Aku pun kembali melangkahkan kakiku dengan penuh penasaran. Di awal hari kuliahku ini aku tidak terlalu konsentrasi karena fikiranku selalu bertanya “Apa tadi itu nyata atau hanya halusinasiku? Apa mungkin dia benar-benar muncul untuk memberi inspirasi dan mewarnai hari-hariku?? ”. akh pertanyaan-pertanyaan itu membuatku begitu bingung dan penasaran.
Hari sudah mulai gelap, angin berbondong-bondong menyerang pori-pori kulitku yang tak begitu cerah,  tetesan-tetesan hujan pun mengiringi lirik-lirik detak jantungku yang tak hentinya bedegup kencang. Entah apa yang sedang aku rasakan dan pikirkan. Ini kali pertama aku merasakan rasa yang begitu menyiksa pikiranku untuk terus berpikir. “Apa mungkin cerita yang ada dalam mimpiku dengan tiba-tiba muncul dan menjadi nyata di kehidupanku?” Bisik hatiku. Detik demi detik berlalu, mata pun telah mulai lelah dan aku mencoba menenangkan pikiranku agar aku bisa tidur.
Pagi ini aku putuskan untuk menceritakan semuanya pada Ditmar. Tapi setelah aku menceritakan semuanya, Ditmar hanya membalas ocehanku dengan senyum kecil yang tidak biasa dia lakukan. Sikapnya itu malah membuatku semakin ingin terus bertanya padanya. “Dit, kok malah senyum aja? Aku bingung nih. Kamu kenapa sih dari tadi cuma senyum-senyum kecil gitu? Aku perlu masukan dan tanggapanmu. Dit..Ditmaarrr!!!” Ditmar masih bungkam. Ini membuatku begitu marah dan akhirnya aku putuskan untuk meninggalkan Ditmar.
Jam pelajaran telah selesai, aku bergegas pergi ke taman untuk istirahat sejenak. Aku coba sms Ditmar untuk menemaniku di taman. Tak lama kemudian Ditmar datang dan berkata “Apa jika aku tidak ada di sampingmu, kau akan tetap bertahan dan tidak bersikap manja seperti ini? Apa kau akan memanggilku jika kau membutuhkanku? Apa kau akan merindukanku ketika aku tak menemani hari-harimu? Apa aku berharga bagi hidupmu?”. Aku kaget dengan kata yang dia ucapkan.” Apa maksudmu ?” jawabku. “Tidak, lupakan saja” ujarnya. Ketika aku dan Ditmar sedang bersenda gurau tiba-tiba sosok pria yang ku temui kemarin, datang menghampiriku dan menyapaku. “Hi, apa kita pernah bertemu sebelumnya?”. Aku gugup, aku tak sanggup mengatakan apapun dari lisanku. Dan aku coba melirik ke sampingku, untuk memberi isyarat pada Ditmar bahwa yang aku ceritakan kemarin itu benar tapi aku tersentak karena Ditmar sudah tidak ada disampingku.
“Hi, hallo ? siapa namamu? Aku Rico dari Fakultas Hukum” ujarnya. “hhahh?? Aku Nesy dari Fakultas Psikologi” jawabku gugup. “Oh My God, apa ini mimpi ? pria yang ada di hadapanku ini benar-benar mirip dengan Pangeran Pelangi yang selalu ada di mimpiku” bisik hatiku. Akhirnya kami berbincang dan mulai sharing tentang apa yang sedang gempar dibicarakan. Apalagi topik yang sedang hangat dibicarakan. Dan aku coba bertanya tentang kesehariannya. Setelah semua yang telah dia jawab, hatiku mulai berdegub kencang, tanganku dingin dan wajahku mendadak terus berseri dan terus tersenyum. Sungguh ini perasaan yang begitu menakjubkan. Aku merasa bahwa Rico itu adalah benar-benar Pangeran Pelangiku. “Baru saja satu hari bertemu rasanya sudah 10 tahun aku mengenalnya. Aku jadi tidak sabar ingin menceritakan ini pada Ditmar” gumamku. Karena aku benar-benar tidak sabar, sebelum aku tidur aku menceritakan semuanya pada Ditmar lewat sms:
“Malem Dit.. Dit skrg kamu prcya kan klo semua yang aku certain itu bener..
Diet.. aku seneng bgt bisa ktmu org yg selama ini aku impikan..
kamu jg tau kan, klo aku bner2 mengagumi Pangeran Pelangi yang ada di mimpiku..mmm tau gak, aku rasa aku cocok ma dia..karena semua sifatnya itu mirip dengan Pengeran pelangiku hhihi
J klo mnrt kamu gmna?? eh iya, td kamu kmna sih ?? aku kan jadi grogi stngah mati Lklo ngadepin org yg gak aku kenal tanpa kamu. Tp gpp deh yg pnting aku bisa ngbrol ma dia.. Dit.. kamu udah bobo blm? Klo blm wajib bls sms aku ya!”
Detak jam terdengar menggaung di tengah kehenigan malam. Tapi mataku masih belum bisa terpejam. Aku masih memikirkan Pangeran Pelangiku yang baru aku temui di kehidupan nyata. Dan Khayalku kian meninggi. Tiba-tiba ponselku berdering dan tertulis 1 Message from My Dhietmart, dan segera aku buka. Ditmar hanya membalas
AKU BAHAGIA JIKA KAU BAHAGIA, NESY PUTRI SHABILLA , SAHABATKU TERMANJA DI DUNIA:’)”.
“hhah anak itu kembali mengeluarkan kata-kata yang seperti itu” bisikku dengan nada kecewa.
~~~
Dua minggu sudah aku lalui hari-hariku bersama Rico. Dimulai dari mencari bahan untuk tugas, makan siang, refreshing, sampai pulang pergi kuliah pun bersama. Aku merasa bahagia bisa terus bersamanya. Karena semua sifat yang ada di Pangeran Pelangiku sama persis dengan Rico. Tapi, kebahagianku tidak sempurna karena aku merasa kehilangan sosok Ditmar. Entah mengapa setelah aku mengenal Rico, Ditmar tiba-tiba menghilang dari kehidupanku. Aku coba untuk menghubunginya, tapi tidak ada balasan sedikitpun. Ini pertama kali aku merasakan kehilangan seseorang yang selama bertahun-tahun hidup denganku. Dada ini sesak ketika aku ingat semua yang telah dia berikan. Sungguh, aku sangat merindukannya.
“Good bye my almost lover, good bye my hopeless dream” tiba-tiba suara nada dering ponselku bunyi dan aku segera meraih ponselku. Oh Ditmar meneleponku, “hallo, Ditmar” ucapku dengan nada bahagia. “Hallo Nes, aku baik-baik saja. Sekarang aku akan tenang menjalani hari-hariku yang penuh dengan sesak dan penantian karena aku tahu disana kau telah ditemani oleh Pangeran Pelangimu. Aku akan bahagia dan terus bahagia jika kau merasa bahagia. Bagiku kau adalah penyemangatku. Terima kasih ya Nes. Aku tidak akan melupakanmu selamanya. Selamanya”. Tanpa aku menjawab apa-apa Ditmar segera mematikan ponselnya. Aku merasa tersentak, “ada apa ini? apa maksud dari perkataannya?”. Setelah itu aku coba meneleponnya, tapi ponselnya kembali tidak aktif. Tidak terasa air mataku mulai menganak sungai, rasanya aku takut jika harus kehilangan sahabatku. Tangisku terhenti karena tiba-tiba suara nada dering ponselku kembali berbunyi, aku segera mengangkatnya, “Hallo Ditmar” ucapku. “Hallo Nes, ini aku Rico. Nes, besok malam bisakah kau menemaniku makan malam? Ada hal yang harus ku katakan  padamu” balasnya. Dan aku pun menjawab iya.
“Seharusnya kamu senang Nesy karena Pangeran Pelangimu mengajak makan malam bersamamu dan dia akan mengatakan sesuatu padamu. Ini adalah saatnya mimpimu menjadi nyata” gumamku dalam hati. Tapi hal itu tidak membuatku menjadi bangkit. Aku tetap memikirkan perkataan Ditmar. Tapi pada akhirnya, aku pun melewati malam ini dengan canda tawa. Ya aku heran karena Rico mengajakku ke tempat yang sering aku singgahi bersama Ditmar,lalu dia memesan makanan favoritku dan yang paling membuatku heran  dia memberiku sebuah kotak kecil yang berisi kalung dengan  liontin pelangi. Sungguh aku merasa begitu bahagia. “Oh iya, bukankah kamu ingin mengatakan sesuatu padaku? Apa itu?” ucapku pada Rico. Dan Rico menjawabnya dengan nada ragu “mmmm sebenarnya, aku.. a..ku.. mmm aku..”. “Ya sudah kalau kamu belum siap mengatakannya, lain kali saja” potongku.
~~~
Ini adalah hari ke duapuluh satu, Ditmar tidak ada. Aku meminta Rico menemaniku untuk mencari Ditmar. Kami coba mencari ke rumahnya, tapi dirumahnya kosong. Lalu kami coba mencarinya ke panti asuhan, karena Ditmar sangat menyukai anak-anak. Setelah kami menelusuri semua panti asuhan, hasilnya nol. Hari sudah senja, kami putuskan untuk istirahat sejenak di taman. Anganku mulai melayang pada saat-saat dimana aku dan Ditmar menghabiskan waktu bersama. Canda tawa, jerit tangis kita bersama. Tak terasa air mataku menetes. “Rico, aku rasa aku sudah tidak sanggup lagi. Aku bingung harus mencari Ditmar kemana lagi. Aku merasa hampa tanpanya” kataku sembari menangis. “Nesy..” Rico menjawab kata-kataku dan menyuruhku untuk menyandarkan kepalaku pada pundaknya. “Nesy, mungkin ini saatnya aku berterus terang padamu. Sebenarnya aku adalah sepupu Ditmar”. “Apa? Berarti kau tahu dimana Ditmar berada? Katakan padaku, dimana Ditmar berada !?” emosiku mulai meledak-ledak tanpa arah. “Dengarkan aku dulu Nesy! Biarkan aku menceritakan semuanya. Ya waktu liburan dia menemuiku di rumah, dan dia memintaku untuk menemani sahabatnya yang sangat dia cintai. Awalnya aku menolak karena aku tidak pandai berimprovisasi. Tapi dia terus memohon, dia berkata bahwa umurnya tidak akan lama lagi dan dia ingin mewujudkan mimpi sahabatnya untuk bertemu dengan Pangeran Pelanginya. Aku kaget dengan semua pernyataannya itu, dan akhirnya aku menyetujui itu. Apa kau tahu? Ketika aku muncul dihadapanmu, itu semua adalah skenario yang dia buat. Dan hari-hari yang telah kita lewati, yaa itu adalah jadwal yang dia tulis untukku. Dia sangat menyayangimu Nesy! Dan maaf.. ketika kita makan malam sebenarnya aku ingin mengatakan semuanya. Dia yang memberitahuku dimana aku harus mengajakmu makan malam, apa makanan favoritmu, dan kalung itu, itu adalah pemberian Ditmar”. Hatiku sakit, aku tak sanggup mendengar apa-apa lagi. Di hari yang secerah ini, rasanya begitu dingin dengan sentakan-sentakan petir dan teriris-iris hujan. Aku merasakn sakit yang begitu kuat. “Nesy, maafkan aku. Aku sudah membohongimu. Oh iya, dia membuat surat untukmu. Tapi dia memintaku untuk memberikan surat itu setelah aku membicarakan semuanya dan setelah kau tenang” ucap Rico sambil menenangkanku. “ Aku ingin surat itu sekarang, aku ingin surat itu sekarang Rico !!” sentakku. Akhirnya Rico membawaku ke suatu tempat. aku tersentak karena didalam ruangan itu terdapat banyak sekali lukisan dan foto yang mirip denganku. “Apa itu aku?” tanyaku pada Rico. “Ya, ini adalah ruangan dimana Ditmar menghabiskan sisa waktunya. Dan ruangan yang sebelahnya adalah ruangan yang dipenuhi dengan puisi-puisi tentangmu yang ditulis oleh Ditmar. Nesy, ini surat yang dia tulis untukmu. ”jawab Rico sambil menyodorkan kertas yang berwarna pelangi. Aku mengambilnya dan aku tak ingin membacanya sekarang. “Rico, aku ingin pulang” ajakku pada Rico. Lalu Rico mengantarkanku pulang ke rumah.
Keesokan harinya aku membaca surat itu,aku menangis lagi. Lagi lagi aku merasakan sakit yang tak bisa ku kendalikan. Bagai laut yang mengamuk dan meluluhlantakkan seluruh isi bumi. Hatiku bagai terombang-ambing dan ditelan topan yang entah kapan akan berhenti.  Isi suratnya adalah:
Dear Nesy Putri Shabilla,
Senandung pagi melambaikan melodi jiwa yang mewakili kata-kata dunia, semerbak kasturi menyejukkan hati yang merona menatap matahari berseri. Kau laksana embun pada bunga mawar yang belum mekar dan kau hilang ketika sang surya datang. Tapi keindahanmu tergantikan oleh bunga mawar yang mekar. Dalam senjaku kau laksana mega yang memberi keindahan dan dalam malamku kau laksana bulan dan bintang yang bersinar memberi warna dalam mimpiku.
Bagiku kau seperti batu giok yang indah tapi kau begitu berharga sehingga aku tak mungkin menyentuh hatimu dengan perasaanku yang konyol. Ketika kau menangis aku hanya bisa menghapus air matamu dengan hatiku yang tersiksa. Ketika kau tersenyum hatiku pun akan tersenyum. Ketika kau mengidamkaan seseorang, aku takut kau kan meninggalkanku. Tapi itu adalah keegoisanku saja, aku bahagia jika kau bahagia dan jika kau menangis itulah kesakitanku.
Kau adalah penyemangatku dalam sisa waktuku, terima kasih karena kau selalu ada untukku. Aku akan selalu merindukan manja dan senyummu.Tetaplah tersenyum walaupun aku tak bisa mendampingimu, karena aku telah mengirimkan Pangeran untukmu. Pangeran yang selalu kau impikan. Jangan pernah kau teteskan air matamu karena kau merindukanku karena aku akan merasa begitu tersiksa dan bersalah jika kau begitu. Tetaplah tersenyum untukku.
Untuk yang terakhir izinkanlah aku mengatakan kata yang belum sempat aku ucapkan. Aku begitu menyayangimu gadis manjaku. Aku begitu menyayangimu, sungguh. Semoga kau selalu ada dalam lindungan-Nya.

0 komentar:

Posting Komentar