Pages

Sabtu, 03 Maret 2012

Mutiara yang hilang

Dahulukala di tanah Jawa, hiduplah sepasang suami istri, Rameli dan Jainab. Mereka hidup rukun, walaupun kala itu adalah masa penjajahan Belanda. Rameli dan Jainab hidup atas dasar kasih sayang, Saling menjaga perasaan satu sama lain, saling menghargai dan saling menerima segala kekurangan dan kelebihan pasangannya. Hampir tak ada percekcokan, karena kunci hidup mereka adalah “sabar” dan “syukur nikmat”.
~***~
Rameli bekerja sebagai penjaga tanaman jarak, sementara Jainab bekerja sebagai pembuat jamu gendongan. Meskipun kehidupan mereka pas-pasan, mereka tak pernah berkeluh-kesah atas nasib. Gaji Rameli hanya 200 rupiah, sedang pekerjaannya begitu berat. Mulai pagi hingga menjelang malam, tugasnya menjaga agar semua tanaman jarak tetap tumbuh hidup sesuai keinginan “penjajah Belanda”.
~
Jainab bekerja sebagai penjual jamu, membantu menopang kebutuhan keluarga untuk makan sehari-hari. Rejeki yang diperoleh seharian, hanya cukup untuk kebutuhan hari itu juga. Sebenarnya tak mencukupi, namun bagi pasangan bahagia ini, sebisa mungkin dicukup-cukupkan. Mereka telah diwarisi hidup sederhana yang menitis dari kedua orang tua masing-masing. Untunglah mereka belum dikaruniai anak, sehingga hidup dalam penderitaan masih bisa diatasi.
~***~
Seiring waktu berlau, kehid menjelang ambang kesempurnaan, karena si Jainab telah hamil. Tak menunggu lama lagi mereka akan menjadi keluarga yang bahagia dengan kehadiran seorang bayi. Semua kehidupan telah direncanakan, beserta mimpi-mimpi indah lainnya. Rameli semakin rajin mencari pekerjaan sampingan, karena si Jainab harus mengurangi kegiatannya menjelang masa kelahiran.
~***~
Dalam suasana mendekati puncak kebahagiaan, tiba-tiba ujian pun datang. Rameli terancam dipecat oleh Belanda, karena tanaman jarak yang dijaganya dirusak oleh manusia yang syirik. Makin hari pekerjaannya makin berat, karena hampir 24 jam dia menjaga tanaman jarak. Kejadian pengrusakan tanaman jarak berulang setiap saat. Penjajah Belanda menuduh bahwa Rameli dengan sengaja merusak tanaman jarak yang dijaganya. Di balik peristiwa pengrusakan tanaman jarak itu, ada yang mengincar kedudukan Rameli sebagai penjaga tanaman jarak. Karena setiap saat didapatinya tanaman jarak rusak, kesabaran Rameli pun akhirnya tak terbendung. Tanpa berpikir panjang, Rameli melampiaskan kesabarannya dengan merusak semua tanaman jarak. Bertepatan saat itu, ada Belanda yang lewat, dan Rameli diangkut untuk diadili.
~***~
Rameli disiksa dengan kejam, sampai ajal menjemputnya. Jainab tak mampu menahan rasa sedihnya. Separuh jiwanya telah pergi. Masih terkenang manisnya hidup bersama Rameli, dengan segala kebaikannya. Jainab tak ingin terpisahkan , dan serasa ingin menyusul Rameli. Setiap hari Jainab menghabiskan waktu mengunjungi makam suaminya, dan mengajak berbicara dengan pusara bernisan kayu, dan seolah-olah Rameli mendengar semua keluhannya.
~***~
Tepat pada hari ke-40 kunjungan Jainab ke makam suaminya, pun masih dengan ratap dan tangis yang sama, tiba-tiba dia dikejutkan dengan suara Rameli.
“Jainab…! Pulanglah…! Hanya takdir yang mampu memisahkan janji manusia. Jangan kau larut dalam kesedihan, karena sebentar lagi kau akan mendapat penggantiku, yang sekarang kau kandung. “Bersabarlah…! Kembalilah ke duniamu. Masih ada dunia ketiga yang akan mempertemukan kita“.
~***~
Jainab tersentak setelah mendengar suara gaib itu. Serasa tercabutlah segala lara yang memenuhi semua rongga dadanya. Jainab bergegas kembali ke rumah, sepertinya mendapat semangat yang luar biasa.
~***~
Kelahiran anaknya pun tinggal menghitung hari, dan semua keperluan persalinan telah disiapkan. Menjelang kelahiran anaknya, musibah kembali melanda. Penjajah Belanda mengadakan penggusuran di mana-mana. Tak terkecuali daerah yang ditinggali oleh Jainab. Semua warga lari menyelamatkan diri mengungsi ke desa-desa yang dianggapnya aman. Suasana mencekam terjadi di mana-mana, Jainab pun ikut mengungsi.
~***~
Sebatang kara tak punya siapa-siapa di daerah yang asing baginya. Untunglah masih ada yang berbaik hati, Mbok Surti namanya. Mbok surti adalah dukun beranak di kampung itu, berhati bintang, siapa saja ditolongnya. Beruntunglah Jainab, karena ia ditampung oleh Mbol Surti, hingga melahirkan.
~***~
Betapa bahagianya Jainab mendapat seorang bayi yang lucu. Seperti pinang dibelah dua dengan Rameli, almarhum suaminya. Jainab pun memberi nama anaknya dengan panggilan yang mirip ayahnya, yakni Ramelan. Mereka hidup bahagia dengan Mbok Surti, yang secara kebetulan pula hidup sebatang kara. Mereka hidup menjadi satu keluarga yang bahagia. Jainab terhibur dengan hadirnya Ramelan. Semua kasih sayang dicurahkan untuk anaknya.
~***~
Tak terasa tiga tahun telah berlalu, dan Ramelan tumbuh menjadi anak yang lucu, cerdas, dan senang berteman dengan anak-anak seusianya. Jainab pun selalu memberikan didikan kepada Ramelan agar menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, dan selalu berbuat baik terhadap sesama.
~***~
Rupanya kebahagiaan Jainab kembali terenggut, lagi-lagi dengan penggusuran. Semua warga lari menyelamatkan diri masing-masing. Pada saat itu seperti biasa Ramelan sedang bermain dengan teman-temannya. Suasana menjadi panik. Mbok Surti telah menyelamatkan diri entah ke mana, Jainab sibuk mencari Ramelan. Namun, sia-sialah usaha Jainab, semua telah lari mengungsi, Mbok Surti tak tahu ke mana, Ramelan tak ketemu. Jalan satu-satunya ikut menyelamatkan diri, dan berharap menemukan Ramelan di tempat pengungsian.
~***~
Malang tak dapat ditolak. Sesampainya di pengungsian, Ramelan tak ditemukan, Mbok Surti juga tak hadir di sana. Jainab kembali hidup dalam kesedihan luar biasa. Untunglah beberapa hari kemudian dia bisa menemukan Mbok Surti kembali. Sekarang tinggal Ramelan yang dipikirannya. Setiap saat dia mencari Ramelan tak pernah ketemu, juga tak ada berita. Akhirnya Jainab pasrahkan takdir Ramelan kepada Pemilik jiwa.
~***~
Pada saat kejadian penggusuran, ternyata Remelan terjebak di bawah jembatan, menangis sendirian. Beberapa saat kemudian, ada sebuah mobil yang melintas pelan, dan mendengar suara tangis bocah. Pasangan suami istri itu menghentikan mobilnya dan menangkap sumber suara dari bawah jembatan. Setelah dibujuk oleh pasangan suami istri itu, Ramelan pun ikut dengan pasangan suami istri itu. Pasangan suami istri ini belum dikaruniai anak.
~***~
Singkat cerita, Ramelan menjadi anak pungut. Betapa bahagianya pasangan yang belum dikaruniai anak ini. Rameli anak yang cerdas, cakap dan penurut. Di kehidupan keluarga barunya, Ramelan diganti namanya menjadi Margana, artinya (didapat di bawah jembatan). Jadilah Ramelan menjadi Margana.
~***~
Selang dua tahun kemudian, akhirnya pasangan ini dikaruniai anak, dan diberi nama Marganingsih. Margana dan Marganingsih hidup saling menyayangi, hingga tumbuh menjadi dewasa.
~***~
Waktu begitu cepat berlalu. Margana telah menjadi dokter, sementara Marganingsih menjadi sarjana akuntansi. Entah dari mana datangnya benih-benih kasih, tiba-tiba saja mereka merasa saling jatuh cinta. Ada getar-getar halus yang tak bisa ditafsirkan oleh Margana dan Marganingsih, Perasaan itu mereka endapkan, hanya karena terbendung dan terhalang oleh ikatan kakak dan adik. Mereka selalu menyembuyikan perasaan itu di depan kedua orang tuanya. Tanpa disadari oleh mereka, orang tua Marganingsih mulai curiga, bahwa di antara mereka telah tumbuh bibit-bibit kasih. Oleh karena sudah dianggap seperti anak sendiri, mereka tak menginginkan Margana dan Marganingsih saling jatuh cinta. Berbagai usaha dilakukan agar hubungan asmara antara Margana dan Marganingsih tidak akan terlalu jauh.
~***~
Margana dan marganingsih memendam rasa yang sebenarnya bisa bertaut, sebab Margana bukanlah anak kandung. Margana berhasil mengusir rasa cintanya terhadap Marganingsih dengan menyibukan diri di salah satu rumah sakit. Tetapi bagi Marganingsih, rasa itu tak bisa ditepisnya. Dan perlahan, rasa itu melenyapkan semua semangatnya. Marganingsih sering merenung dan mengurung diri, hingga jatuh sakit karena cinta.
~***~
Di kehidupan lain, Ibu kandung Margana telah mendapat pasangan hidup “seorang tentara”. Mbok Surti telah hidup bersama Jainab dengan keluarga baru, karena sudah dianggap seperti ibunya. Dari hasil pernikahan Jainab dengan seorang terntara mereka dikaruniai seorang putri jelita, namanya “Laras”. Jainab menemukan kembali kebahagiannya, dan sudah mengubur impiannya pada anaknya yang hilang, Ramelan. Ramelan juga sudah tak ingat lagi bahwa dia adalah anak pungut. Semua tergilas zaman, semua kejadian lampau telah mereka lupakan. Seolah-olah zaman telah melenyapkan semua masa lalu.
~***~
Suatu ketika, ayahnya Laras jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Rumah sakit terdekat adalah rumah sakit dimana Margana bertugas. Laraslah yang selalu menjaga ayahnya di rumah sakit. Ketika Dokter Margana menjenguk pasiennya, dia terkagum melihat Laras. Kembali rasa itu hadir, seperti rasa yang pernah hadir antara dia dan Marganingsih.
Seiring waktu berjalan, terjalinlah kisah asmara antara Dokter Margana dengan Laras. Berita itu sampai juga di telinga Marganingsih, dan membuat dia sakit tak berdaya karena cinta. Karena dia mendengar orang tuanya akan mempercepat pernikahan Margana dan Laras. Orang tua marganingsih pun tak pernah mencari tahu mengapa marganingsih selalu mengurung diri, mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Hari pernikahan telah ditentukan, semua berjalan begitu cepat, sepertinya tanpa rencana.
~***~
Tibalah hari yang dinanti-nantikan, yaitu hari pernikahan antara Margana dan Laras. Semua undangan telah hadir. Semua prosesi pernikahan telah siap. Mempelai laki-laki “Margana” telah datang bersama pengiringnya.Tiba-tiba…. Mbok Surti terhentak dengan kehadiran mempelai laki-laki. Mbok Surti yang menolong persalinan Ramelan tempo hari mengenal tanda kelahiran di lengan kanan Margana. Jantungnya berdegup kencang hampir tak bisa ditahannya.
Mbok Surti mendatangi dan menyakinkan orang tua laras bahwa Margana adalah anaknya yang dulu hilang. Semua para undangan menjadi gempar, pernikahan pun batal. Di tengah-tengah keramaian para tamu undangan, keharuan tertumpah, bukan karena pesta pernikahan, tetapi karena telah ditemukannya mutiara yang hilang.
~***~
Margana tak jadi menikah dengan Laras, karena mereka adalah saudara seibu. Mergana memutuskan untuk kembali ke pelukan kekasihnya Marganingsih. Sayang… nasib tak dapat ditolak, Marganingsih ditemui Margana pada saat-saat nafasnya yang penghabisan. Margana dirundung kesedihan, karena cintanya telah dibawa mati oleh Marganingsih.

0 komentar:

Posting Komentar