Dahulukala di tanah Jawa, hiduplah
sepasang suami istri, Rameli dan Jainab. Mereka hidup rukun, walaupun
kala itu adalah masa penjajahan Belanda. Rameli dan Jainab hidup atas
dasar kasih sayang, Saling menjaga perasaan satu sama lain, saling
menghargai dan saling menerima segala kekurangan dan kelebihan
pasangannya. Hampir tak ada percekcokan, karena kunci hidup mereka
adalah “sabar” dan “syukur nikmat”.
~***~
Rameli bekerja sebagai penjaga tanaman
jarak, sementara Jainab bekerja sebagai pembuat jamu gendongan. Meskipun
kehidupan mereka pas-pasan, mereka tak pernah berkeluh-kesah atas
nasib. Gaji Rameli hanya 200 rupiah, sedang pekerjaannya begitu berat.
Mulai pagi hingga menjelang malam, tugasnya menjaga agar semua tanaman
jarak tetap tumbuh hidup sesuai keinginan “penjajah Belanda”.
~
Jainab bekerja sebagai penjual jamu,
membantu menopang kebutuhan keluarga untuk makan sehari-hari. Rejeki
yang diperoleh seharian, hanya cukup untuk kebutuhan hari itu juga.
Sebenarnya tak mencukupi, namun bagi pasangan bahagia ini, sebisa
mungkin dicukup-cukupkan. Mereka telah diwarisi hidup sederhana yang
menitis dari kedua orang tua masing-masing. Untunglah mereka belum
dikaruniai anak, sehingga hidup dalam penderitaan masih bisa diatasi.
~***~
Seiring waktu berlau, kehid menjelang
ambang kesempurnaan, karena si Jainab telah hamil. Tak menunggu lama
lagi mereka akan menjadi keluarga yang bahagia dengan kehadiran seorang
bayi. Semua kehidupan telah direncanakan, beserta mimpi-mimpi indah
lainnya. Rameli semakin rajin mencari pekerjaan sampingan, karena si
Jainab harus mengurangi kegiatannya menjelang masa kelahiran.
~***~
Dalam suasana mendekati puncak
kebahagiaan, tiba-tiba ujian pun datang. Rameli terancam dipecat oleh
Belanda, karena tanaman jarak yang dijaganya dirusak oleh manusia yang
syirik. Makin hari pekerjaannya makin berat, karena hampir 24 jam dia
menjaga tanaman jarak. Kejadian pengrusakan tanaman jarak berulang
setiap saat. Penjajah Belanda menuduh bahwa Rameli dengan sengaja
merusak tanaman jarak yang dijaganya. Di balik peristiwa pengrusakan
tanaman jarak itu, ada yang mengincar kedudukan Rameli sebagai penjaga
tanaman jarak. Karena setiap saat didapatinya tanaman jarak rusak,
kesabaran Rameli pun akhirnya tak terbendung. Tanpa berpikir panjang,
Rameli melampiaskan kesabarannya dengan merusak semua tanaman jarak.
Bertepatan saat itu, ada Belanda yang lewat, dan Rameli diangkut untuk
diadili.
~***~
Rameli disiksa dengan kejam, sampai ajal
menjemputnya. Jainab tak mampu menahan rasa sedihnya. Separuh jiwanya
telah pergi. Masih terkenang manisnya hidup bersama Rameli, dengan
segala kebaikannya. Jainab tak ingin terpisahkan , dan serasa ingin
menyusul Rameli. Setiap hari Jainab menghabiskan waktu mengunjungi makam
suaminya, dan mengajak berbicara dengan pusara bernisan kayu, dan
seolah-olah Rameli mendengar semua keluhannya.
~***~
Tepat pada hari ke-40 kunjungan Jainab
ke makam suaminya, pun masih dengan ratap dan tangis yang sama,
tiba-tiba dia dikejutkan dengan suara Rameli.
“Jainab…! Pulanglah…! Hanya takdir yang mampu memisahkan janji manusia. Jangan kau larut dalam kesedihan, karena sebentar lagi kau akan mendapat penggantiku, yang sekarang kau kandung. “Bersabarlah…! Kembalilah ke duniamu. Masih ada dunia ketiga yang akan mempertemukan kita“.
~***~
Jainab tersentak setelah mendengar suara
gaib itu. Serasa tercabutlah segala lara yang memenuhi semua rongga
dadanya. Jainab bergegas kembali ke rumah, sepertinya mendapat semangat
yang luar biasa.
~***~
Kelahiran anaknya pun tinggal menghitung
hari, dan semua keperluan persalinan telah disiapkan. Menjelang
kelahiran anaknya, musibah kembali melanda. Penjajah Belanda mengadakan
penggusuran di mana-mana. Tak terkecuali daerah yang ditinggali oleh
Jainab. Semua warga lari menyelamatkan diri mengungsi ke desa-desa yang
dianggapnya aman. Suasana mencekam terjadi di mana-mana, Jainab pun ikut
mengungsi.
~***~
Sebatang kara tak punya siapa-siapa di
daerah yang asing baginya. Untunglah masih ada yang berbaik hati, Mbok
Surti namanya. Mbok surti adalah dukun beranak di kampung itu, berhati
bintang, siapa saja ditolongnya. Beruntunglah Jainab, karena ia
ditampung oleh Mbol Surti, hingga melahirkan.
~***~
Betapa bahagianya Jainab mendapat
seorang bayi yang lucu. Seperti pinang dibelah dua dengan Rameli,
almarhum suaminya. Jainab pun memberi nama anaknya dengan panggilan yang
mirip ayahnya, yakni Ramelan. Mereka hidup bahagia dengan Mbok Surti,
yang secara kebetulan pula hidup sebatang kara. Mereka hidup menjadi
satu keluarga yang bahagia. Jainab terhibur dengan hadirnya Ramelan.
Semua kasih sayang dicurahkan untuk anaknya.
~***~
Tak terasa tiga tahun telah berlalu, dan
Ramelan tumbuh menjadi anak yang lucu, cerdas, dan senang berteman
dengan anak-anak seusianya. Jainab pun selalu memberikan didikan kepada
Ramelan agar menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, dan selalu
berbuat baik terhadap sesama.
~***~
Rupanya kebahagiaan Jainab kembali
terenggut, lagi-lagi dengan penggusuran. Semua warga lari menyelamatkan
diri masing-masing. Pada saat itu seperti biasa Ramelan sedang bermain
dengan teman-temannya. Suasana menjadi panik. Mbok Surti telah
menyelamatkan diri entah ke mana, Jainab sibuk mencari Ramelan. Namun,
sia-sialah usaha Jainab, semua telah lari mengungsi, Mbok Surti tak tahu
ke mana, Ramelan tak ketemu. Jalan satu-satunya ikut menyelamatkan
diri, dan berharap menemukan Ramelan di tempat pengungsian.
~***~
Malang tak dapat ditolak. Sesampainya di
pengungsian, Ramelan tak ditemukan, Mbok Surti juga tak hadir di sana.
Jainab kembali hidup dalam kesedihan luar biasa. Untunglah beberapa hari
kemudian dia bisa menemukan Mbok Surti kembali. Sekarang tinggal
Ramelan yang dipikirannya. Setiap saat dia mencari Ramelan tak pernah
ketemu, juga tak ada berita. Akhirnya Jainab pasrahkan takdir Ramelan
kepada Pemilik jiwa.
~***~
Pada saat kejadian penggusuran, ternyata
Remelan terjebak di bawah jembatan, menangis sendirian. Beberapa saat
kemudian, ada sebuah mobil yang melintas pelan, dan mendengar suara
tangis bocah. Pasangan suami istri itu menghentikan mobilnya dan
menangkap sumber suara dari bawah jembatan. Setelah dibujuk oleh
pasangan suami istri itu, Ramelan pun ikut dengan pasangan suami istri
itu. Pasangan suami istri ini belum dikaruniai anak.
~***~
Singkat cerita, Ramelan menjadi anak
pungut. Betapa bahagianya pasangan yang belum dikaruniai anak ini.
Rameli anak yang cerdas, cakap dan penurut. Di kehidupan keluarga
barunya, Ramelan diganti namanya menjadi Margana, artinya (didapat di
bawah jembatan). Jadilah Ramelan menjadi Margana.
~***~
Selang dua tahun kemudian, akhirnya
pasangan ini dikaruniai anak, dan diberi nama Marganingsih. Margana dan
Marganingsih hidup saling menyayangi, hingga tumbuh menjadi dewasa.
~***~
Waktu begitu cepat berlalu. Margana
telah menjadi dokter, sementara Marganingsih menjadi sarjana akuntansi.
Entah dari mana datangnya benih-benih kasih, tiba-tiba saja mereka
merasa saling jatuh cinta. Ada getar-getar halus yang tak bisa
ditafsirkan oleh Margana dan Marganingsih, Perasaan itu mereka endapkan,
hanya karena terbendung dan terhalang oleh ikatan kakak dan adik.
Mereka selalu menyembuyikan perasaan itu di depan kedua orang tuanya.
Tanpa disadari oleh mereka, orang tua Marganingsih mulai curiga, bahwa
di antara mereka telah tumbuh bibit-bibit kasih. Oleh karena sudah
dianggap seperti anak sendiri, mereka tak menginginkan Margana dan
Marganingsih saling jatuh cinta. Berbagai usaha dilakukan agar hubungan
asmara antara Margana dan Marganingsih tidak akan terlalu jauh.
~***~
Margana dan marganingsih memendam rasa
yang sebenarnya bisa bertaut, sebab Margana bukanlah anak kandung.
Margana berhasil mengusir rasa cintanya terhadap Marganingsih dengan
menyibukan diri di salah satu rumah sakit. Tetapi bagi Marganingsih,
rasa itu tak bisa ditepisnya. Dan perlahan, rasa itu melenyapkan semua
semangatnya. Marganingsih sering merenung dan mengurung diri, hingga
jatuh sakit karena cinta.
~***~
Di kehidupan lain, Ibu kandung Margana
telah mendapat pasangan hidup “seorang tentara”. Mbok Surti telah hidup
bersama Jainab dengan keluarga baru, karena sudah dianggap seperti
ibunya. Dari hasil pernikahan Jainab dengan seorang terntara mereka
dikaruniai seorang putri jelita, namanya “Laras”. Jainab menemukan
kembali kebahagiannya, dan sudah mengubur impiannya pada anaknya yang
hilang, Ramelan. Ramelan juga sudah tak ingat lagi bahwa dia adalah anak
pungut. Semua tergilas zaman, semua kejadian lampau telah mereka
lupakan. Seolah-olah zaman telah melenyapkan semua masa lalu.
~***~
Suatu ketika, ayahnya Laras jatuh sakit
dan harus dirawat di rumah sakit. Rumah sakit terdekat adalah rumah
sakit dimana Margana bertugas. Laraslah yang selalu menjaga ayahnya di
rumah sakit. Ketika Dokter Margana menjenguk pasiennya, dia terkagum
melihat Laras. Kembali rasa itu hadir, seperti rasa yang pernah hadir
antara dia dan Marganingsih.
Seiring waktu berjalan, terjalinlah
kisah asmara antara Dokter Margana dengan Laras. Berita itu sampai juga
di telinga Marganingsih, dan membuat dia sakit tak berdaya karena cinta.
Karena dia mendengar orang tuanya akan mempercepat pernikahan Margana
dan Laras. Orang tua marganingsih pun tak pernah mencari tahu mengapa
marganingsih selalu mengurung diri, mereka sibuk dengan urusan
masing-masing. Hari pernikahan telah ditentukan, semua berjalan begitu
cepat, sepertinya tanpa rencana.
~***~
Tibalah hari yang dinanti-nantikan,
yaitu hari pernikahan antara Margana dan Laras. Semua undangan telah
hadir. Semua prosesi pernikahan telah siap. Mempelai laki-laki “Margana”
telah datang bersama pengiringnya.Tiba-tiba…. Mbok Surti terhentak
dengan kehadiran mempelai laki-laki. Mbok Surti yang menolong persalinan
Ramelan tempo hari mengenal tanda kelahiran di lengan kanan Margana.
Jantungnya berdegup kencang hampir tak bisa ditahannya.
Mbok Surti mendatangi dan menyakinkan
orang tua laras bahwa Margana adalah anaknya yang dulu hilang. Semua
para undangan menjadi gempar, pernikahan pun batal. Di tengah-tengah
keramaian para tamu undangan, keharuan tertumpah, bukan karena pesta
pernikahan, tetapi karena telah ditemukannya mutiara yang hilang.
~***~
Margana tak jadi menikah dengan Laras,
karena mereka adalah saudara seibu. Mergana memutuskan untuk kembali ke
pelukan kekasihnya Marganingsih. Sayang… nasib tak dapat ditolak,
Marganingsih ditemui Margana pada saat-saat nafasnya yang penghabisan.
Margana dirundung kesedihan, karena cintanya telah dibawa mati oleh
Marganingsih.
0 komentar:
Posting Komentar